KARAKTERISTIK KONSOLIDASI DENGAN AKUISISI MELEBIHI NILAI TERCATAT ENTITAS
Prosedur Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi menyediakan informasi yang tidak terdapat dalam laporan keuangan terpisah induk perusahaan, dan laporan konsolidasi biasanya diwajibkan untuk menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi dari sekelompok perusahaan yang berafiliasi secara wajar. Kondisi yang lazim untuk konsolidasi adalah kepemilikan lebih daro 50% saham berhak suara perusahaan lain.
Pengungkapan kebijakan-kebijakan konsolidasi penjelasan kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting diperlukan dalam laporan keuangan APB Opinion No. 22 ”Pengungkapan Kebijakan Akuntansi”, dan secara tradisional, pengungkapan kebijakan konsolidasi adalah satu di antara pengungkapan kebijkan yang paling seringdilakukan. FASB Statemen No. 94 menghilangkan kebijakan konsolidasi alternatif yang dapat diterima, sehingga pengungkapan kebijakan konsolidasi berdasarkan APB Opinion No. 22 hanya dipergunakan untuk melaporkan pengecualian.[1]
Pada praktiknya, transaksi akuisisi suatu perusahaan oleh perusahaan lain sebesar nilai buku sangatlah jarang dilakukan. Perusahaan mengakuisisi (investor) biasanya akan dilakukan uji kelayakan (due dilligence) atas bisnis yang akan di akuisisi. Hasil akurat dari uji kelayakan tersebut dapat menunjukkan apakah bisnis yang akan diakuisisi memiliki nilai yang lebih tinggi atau rendah dari nilai bukunya. Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses penilaian kelayakan bisnis saat proses kombinasi bisnis. Faktor-faktor tersebut antara lain prospek bisnis perusahaan yang akan diakuisisi terutama dalam menciptakan penghasilan tambahan bagi perusahaan pengakuisisi, kondisi industri secara umum, nilai strategis bisnis, kualitas manajemen, dan tentunya nilai wajar dari aset maupun liabilitas yang dilaporkan oleh perusahaan yang akan diakuisisi.[2]
Contoh konsolidasi dengan akuisisi melebihi nilai tercatat entitas adalah seperti kasus akuisisi PT Andalas dan PT Nusantara. Pada tanggal 1 Januari 2015, PT Nusantara mengeluarkan investasi senilai Rp 1.500.000.000 untuk keseluruhan kepemilikan pada PT Andalas. Nilai investasi tersebut merupakan nilai wajar konsiderasian hasil penilaian yang dilakukan oleh PT Nusantara atas berbagai faktor yang terkait dengan PT Andalas. Hasil perhitungan transaksi sebagai berikut:
Nilai investasi Rp 1.500.000.000
Nilai buku
Saham Biasa Rp 800.000.000
Saldo laba Rp 400.000.000
Total nilai buku (Rp 1.200.000.000)
Selisih (diferensial) Rp 300.000.000
Berdasarkan skema perhitungan tersebut, terlihat bahwa PT Nusantara mengeluarkan investasi yang lebih tinggi dibadingkan nilai buku PT Andalas, yaitu sebesar Rp 300.000.000.
Diferensial
Berdasarkan PSAK 22 (Revisi 2010), diferensial harus dialokasikan pada aset teridentifikasi yang diperoleh dan/atau liabilitas yang diambil alih yang dianggap menyebabkan nilai wajar dari entitas anak yang dikonsolidasikan melebihi nilai bukunya atau dialokasikan sebagai goodwill.
ASET TERIDENTIFIKASI DAN LIABILITAS DIAMBIL ALIH
Aset terindefikasi yang di peroleh dan liabilitas yang diambil alih secara mudah disebabkan adanya perbedaan nilai tercatat (nilai buku) dengan nilai wajar dari aset atau liabilitas tersebut. Menurut PSAK 22 (2010) aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih haruslah memenuhi definisi aset dan liabilitas menurut kerangka dasar penyusunan penyajian laporan keuangan pada tanggal akuisisi serta merupakan bagian yang dipertukarkan dalam proses akuisisi. Selain itu, PSAK 20 (2010) juga menyatakan bahwa dimungkinkan untuk memunculkan suatu aseta atau liabilitas baru yang sebelumnya tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi bisa saja mengakui suatu aset takberwujud dalam bentuk paten yang sebelumnya tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi. Pihak yang diakuisisi tidaka dapat mengakui aset tak berwujud tersebut dikarenakan, misalnya, aset dihasilakan secara internal sehingga tidak diperkenankan diakui.
Pengklasifikasian dan pengakuan aset terindefikasi dan liabilitas yang diambil alih perlu di dasarkan pada hal-hal seperti:
- Persyaratan kontraktual,
- Kondisi ekonomi,
- Kebijakan operasional dan akuntasinya,
- Kondisi terkait lainnya yang ada pada tanggal terjadinya akuisi.
Perusahaan yang melakukan akuisisi mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi, kecuali untuk komponen-komponen berikut: liabilitas konjeksi, pejak penghasilan (PSAK 46), imbalan kerja (PSAK 24), aswt idemnifikasi, hak yang diperoleh kembali atas aset takberwujud, pembayaran berbasis saham (PSAK 53), dan aset tersedia untuk dijual (PSAK 58).
Atas diferensial yang muncul tersebut dibutuhkan jurnal eliminasi pada kertas kerja konsolidasi untuk mengalokasikan diferensial tersebut kepada aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Di samping itu, terdapat alternatif pencatatan yakni perusahaan yang diakuisisi melakukan revaluasi atas aset teridentifikasi dab liabilitas yang diambil alih sehingga nilai tercatatnya sama dengan nilai wajar konsiderasian. Bila pendekatan ini yang dilakukan, maka diferensial tidak lagi muncul dan tidak diperlukan jurnal eliminasi pada kertas kerja konsolidasian.
Dalam kasus akuisisi PT andalas oleh PT nusantara, jika diasumsikan bahwa perbedaan nilai investasi dan nilai buku disebabkan oleh nilai persediaan yang dinilai lebih tinggi sebesar Rp.50.000.000 dan nilai tanah yang lebih tinggi sebesar Rp.250.000.000, maka diferensial masing-masing akan dialokasikan pada persediaan dan tanah sejumlah nilai tersebut. Pengalokasian diferensial pada aset teridentifikasi menggunakan jurnal eliminasi sebagai berikut:
Persediaan Rp 50.000.000
Tanah Rp 250.000.000
Diferensial Rp 300.000.000
Goodwill
Selain disebabkan aset teridentifikasi atau liabilitas yang diambil alih, diferensial juga dapat disebabkan oleh goodwill. PSAK 22 (2010) mendefinisikan goodwill sebagai selisih nilai agregat dari (1) imbalan yang dialihkan; (2) jumlah kepentingan nonpengendali; (3) nilai wajar kepentingan ekuitas yang sebelumnya diakuisisi jika kombinasi bisnis dilakukan bertahap, dan jumlah netto dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Dapat dikatakan pula bahwa goodwill mencerminkan pandangan investor (pihak pengakuisisi) atas potensi atau nilai lebih yang dimiliki investee (pihak diakuisisi) sehingga pihak pengakuisisi mau membayar lebih atas nilai bersih aset yang dimiliki pihak diakuisisi. Dalam kasus PT Andalas dan PT Nusantara, jika diasumsikan bahwa perbedaan investasi dan nilai buku disebabkan oleh goodwill, maka pengalokasian diferensial pada goodwill menggunakan jurnal eliminasi sebagai berikut:
Goodwill Rp 300.000.000Jika suatu kombinasi bisnis memunculkan pengakuan terhadap goodwill, maka goodwill merupakan subjek pengujian penurunan nilai sesuai PSAK 48 dan tidak dapat diamortisasi. Penurunan nilai goodwill terjadi ketika nilai tercatat lebih tinggi dibandingkan nilai yang dapat diperoleh kembali, yakni nilai yang lebih tinggi antara niali wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai atau hasil investasi di masa mendatang.
Diferensial Rp 300.000.000
Pembelian dengan Diskon
Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.
Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal berikut:
- Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
- Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
- Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
- Imbilan yang dialihkan
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi. Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Sebagai ilustrasi, misalkan PT Nusantara membeli PT Andalas seharga Rp 1.000.000.000. Diketahui bahwa nilai wajar dari persediaan dan tanah adalah Rp 50.000.000 dan Rp 150.000.000 lebih tinggi dibandingkan nilai bukunya (maka nilai wajar dari asetbersih adalah Rp 1.400.000.000), maka terdapat selisih sebesar Rp 400.000.000 antara nilai wajar aset bersih PT Andalas dengan konsiderasi nilai wajar yang diserahkan oleh PT Nusantara. Berdasarkan transaksi tersebut, PT Nusantara akan mencatat jurnal sebagai berikut:
1 Januari 2015
Investasi pada PT Andalas Rp 1.000.000.000Jurnal eliminasi saat melakukan konsolidasi
Kas Rp 1.000.000.000
Saham Biasa – PT Andalas Rp 800.000.000Jurnal eliminasi saat mengalokasikan diferensial
Saldo laba Rp 400.000.000
Diferensial Rp 200.000.000
Investasi pada PT Andalas Rp 1.000.000.000
Persediaan Rp 50.000.000
Tanah Rp 150.000.000
Diferensial Rp 200.000.000
Keuntungan Pembelian Aset Rp 400.000.000
AKUISISI DENGAN KEPEMILIKAN PENUH
1. Konsolidasi Sesaat Setelah Akuisisi
Sebagai ilustrasi konsolidasi atas akuisisi dengan kepimilikan penuh untuk kombinasi bisnis yang di lakukan di atas nilai tercatat, akan digunakan kasus akuisisi PT andalas oleh PT nusantara dengan modifikasi informasi sebagai berikut: PT nusantara membeli seluruh saham PT andalas seharga Rp.1.500.000.000. Diketahui pada nilai buku dari seluruh aset bersih PT andalas adalah Rp.1.400.000.000 sehingga terdapat diferensial dari akuisisi ini sebesar Rp.300.000.000 yang dialokasikan kepada goodwill sebesar Rp.100.000.000 dan aset teridentifikasi lainnya sebesar Rp.200.000.000.[3]
2. Konsolidasi pada Periode Setelah Akuisisi
Untuk periode setelah terjadinya akuisisi atas akuisisi yang dilakukan diatas nilai tercatat, tidak terdapat perbedaan mendasar dibandingkan konsolidasi ketika akuisisi dilakukan pada nilai tercatat. Bila dibandingkan dengan akuisisi pada nilai tercatat, perbedaan dalam kasus kali ini nilai investasi yang lebih tinggi.
Dengan informasi yang sama pada ilustrasi sebelumnya, diketahui bahwa selama tahun berjalan PT nusantara mengumumkan dan membagikan deviden sebesar Rp.300.000.000, sedangkan PT andalas mengumumkan dan membagikan deviden Rp.50.000.000. PT nusantara, sebagai entitas yang dimiliki PT andalas akan mencatat transaksi terkait penerimaan deviden dari entitas anak sebagai berikut:
31 Desember 2015
Kas Rp 50.000.000
Investasi pada PT andalas Rp 50.000.000
Selain itu, selama tahun berjalan PT Andalas melaporkan perolehan laba bersih sebesar Rp200.000.000 yang dapat di hitung dari menjumlahkan seluruh pendapatan lalu di kurangi seluruh beban yang dilaporkan. Atas laba bersih yang dilaporkan ini, PT Nusantara sebagai pemilik, dapat mengakui perolehan pendapatan sebesar porsi kepemilikan atas PT Andalas berdasarkan metode ekuitas sebagai berikut:
31 Desember 2015
Investasi pada PT Andalas Rp 200.000.000
Bagian laba atas PT Andalas Rp 200.000.000
(mencatat pengakuan penghasilan dari PT Andalas (Rp 200.000.000 x 100%)
Selain itu untuk mengakui penghapusan diferensial yang terjadi selama periode berjalan, maka PT Nusanatar akan mencatat jurnal sebagai berikut:
Bagian laba atas PT Andalas Rp 50.000.000
Investasi pada PT Andalas Rp 50.000.000
(menyesuaikan diferensial terkait persediaan terjual (Rp 50.000.000 x 100%)
Investasi pada PT Andalas Rp 5000.000
Bagian Laba atas PT Andalas Rp 5000.000
(menyesuaikan diferensial terkait bangunan dan peralatan (Rp 50.000.000 x 100%)
Jurnal eliminasi yang dibuat untuk mengeliminasi segala entitas induk yang dumumkan oleh entitas anak selama periode berjalan adalah sebagai berikut:
Bagian Laba atas PT Andalas Rp 155.000.000
Dividen Dumumkan Rp 50.000.000
Investasi pada PT Anadalas Rp 105.000.000
(Mengeliminasi pengakuan penghasilan dari PT Andalas)
Saham biasa – PT Andalas Rp 800.000.000
Saldo laba Rp 400.000.000
Diferensial Rp 300.000.000
Investasi pada PT Andalas Rp 1.500.000.000
(Mengeliminasi saldo awal investasi)
Beban Pokok Penjualan Rp 50.000.000
Tanah Rp 210.000.000
Goodwill Rp 100.000.000
Bangunan dan peralatan Rp 60.000.000
Diferensial Rp 300.000.000
(Mengalokasian diferensial terhadap aset teridentifikasi)
Khusus untuk persediaan atau aset aset teridentifikasi lainya yang diperkirkan akan terealisasi dalam satu periode akuntansi, makan saat dilakukan pengalokasian diferensial di akhir tahun. Aset-aset tersebut diperkirakan lagi dimiliki perusahaan pada akhir tahun atau terealisasi menjadi biaya yang akan dilaporkan pada laporan laba rugi konsolidasian. Pencatatan beban pokok penjualan yang dilakukan oleh PT Andalas adalah tepat untuk laporan keuangan tersendirinya. Akan tetapi dari sudut pandang konsolidasian beban pokok penjualan adalah lebih tinggi sebesar Rp50.000.000 dan akan menjadi tambahan beban pokok penjualan yang harus diperhitungkan dalam menghitung beban pokok penjualan konsolidasian.
Selain itu, untuk aset-aset yang mengalami penyusutan, dicatat pula penyusutan tambahan (pengurangan) yang disebabkan pengalokasian diferensial terhadap aset yang mengalami penyusutan tersebut hingga aset tersebut tersusutkan sepenuhnya. Dalam kasus ini, karena terjadi penurunan nilai wajar dari bangunan dan peralatan sebesar Rp60.000.000. Penurunan nilai wajar tahun. Maka terdapat pengurangan nilai penyusutan sebesar Rp60.000.000:12 = Rp5.000.000. Jurnal eliminasi yang diperlukan adalah:
Akumulasi penyusutan-bangunan dan peralatan Rp 5.000.000
Beban penyusutan Rp 5.000.000[4]
3. Laba Bersih dan Saldo Laba Konsolidasian
Laba bersih konsolidasian PT Nusantara dan entitas anak untuk periode yang berakhir 31 Desember 2015 adalah Rp755.000.000. Sedangkan saldo laba konsolidasian per tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp1.955.000.000. adapun perhitungan laba bersih konsolidasian untuk PT Nusantara dan entitas anak adalah sebagai berikut:
Laba bersih PT Nusantara Rp 755.000.000Dikurangi: Bagian laba atas PT Andalas Rp (155.000.000)
Ditambah:
Porsi milik PT Nusantara atas laba (rugi) PT Andalas Rp 200.000.000
Ditambah:
Amortisasi diferensial terkait bangunan & peralatan Rp 5.000.000
Dikurangi: Pengahpusan diferensial terkait persediaan Rp (50.000.000)
Laba Rugi Konsolidiasian Rp 755.000.000
Berdasarkan perhitungan di atas dapat terlihat bahwa, ketika entitas anak dimiliki sepenuhnya oleh entitas induk serta tidak ada penyesuaian komponen-komponen tertentu, laba rugi konsolidasian adalah sama dengan laba rugi yang dilaporkan oleh entitas induk.
4. Konsolidasi pada Periode Setelah Terjadinya Akuisisi
Pada periode terjadinya akuisisi, beberapa hal harus diperhatikan ketika menyiapkan laporan keuangan konsolidasi untuk entitas anak yang diakuisisi tidak pada nilai tercatatnya, karena pada pengakuisisian yang tidak dilakukan pada nilai tercatat menimbulkan diferensial yang perlu dialokasikan terhadap proses yang diperoleh atau liabilitas diambil alih, atau bahkan goodwill. Maka, entitas induk perlu memastikan bahwa diferensial tersebut telah diukur secara tepat. PSAK 22 (2010) mensyaratkan entitas untuk mengukur dan mencatat aset yang diperoleh maupun liabilitas yang diambil alih telah sesuai standar terkait untuk akun-akun tersebut. Misalkan diferensial dialokasikan terhadap aset tetap yang diukur menggunakan metode biaya historis, maka perusahaan memastikan apakah penyusutan yang dicatat telah sesuai atau membutuhkan tambahan (pengurangan) penyusutan untuk tujuan konsolidasian. Bila diferensial kemudian di sebabkan karena munculnya goodwill, maka sesuai PSAK 22 (revisi 2010), entitas perlu melakukan pengujian penurunan nilai (impairment) setiap periode pelaporan.[5]
AKUISISI DENGAN KEPEMILIKAN SEBAGAIAN
Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian tidak pada nilai tercatat kepemilikan sebagaian, hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan kepentingan nonpengendali. Karena keberadaan kepentingan nonpengendali, PSAK 63 (Revisi 2014) mensyaratkan entitas induk untuk menyajikan secara terpisah bagian dari kepentingan nonpengendali pada ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukan kepada pengguna laporan keuangan seberapa besar bagian dari aset bersih yang dimiliki entitas anak yang tidak dikuasai oleh entitas induk. Dalam hal ini nilai yang diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali termasuk bagian laba rugi dan setiap laporan yang diakui sebagai bagian pengahasilan komprehensif lain.
Untuk ilustrasi pengkonsolidasian laporan keuangan atas kepemilikan sebagian, kembali kita menggunakan kasus PT Nusantara yang mengakusisi PT Andalas. Merujuk kembali Gambar 4.2 dengan modifikasi informasi sebagai berikut yakni PT Nusantara membeli 75% saham PT Andalas seharga Rp1.300.000.000 pada saat dilakukan akuisisi diketahui pula bahwa nilai wajar dari kepentingan nonpengendali adalah Rp300.000.000 sedangkan nilai wajar seluruh aset dan liabilitas PT Andalas adalah Rp1.400.000.000. nilai buku dari seluruh ekuitas PT Andalas adalah Rp1.200.000.000, sehingga terdapat diferensial dari akuisisi ini sebesar Rp300.000.000 yang dialokasikan pada goodwill sebesar Rp100.000.000 dan aset terindentifikasi lainnya sebesar Rp200.000.000, sebagai gambaran transaksi akuisisi PT Nusantara terhadap PT Andalas di tunjukan berikut ini:
Nilai investasi Rp1.200.000.000
Nilai buku
Saham biasa Rp 800.000.000
Saldo laba Rp 400.000.000
Total nilai buku Rp 1.200.000.000
Porsi kepemilikan 75%
Nilai buku atas kepemilikan diakuisisi Rp 900.000.000
Perbedaan antara nilai investasi dan nilai buku Rp 300.000.000
Langkah selanjutnya akuisisi dengan kepemilikan sebagian sama seperti akuisisi dengan kepemilikan penuh. Hanya saja yang berbeda adalah adanya tambahan akun kepentingan nonpengendali.
ISU LAIN SEPUTAR KONSOLIDASIAN
Biaya Transaksi terkait Akuisisi
Biya transaksi terkait proses pengakuisisian suatu perusahaan sangat besar kemungkinannya untuk dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi. Biaya transaksi terkait akuisisi dapat berupa biaya makelar, biaya hukum dan konsultasi, biaya terkait akuntansi, biaya penilaian dan jasa profesional lainnya, biaya administrasi umum, serta biaya pendaftaran maupun penerbitan efek jika pengakuisisi menggunakan instrumen utang atau ekuitas. Menurut PSAK 22, seluruh biaya transaksi terkait akuisisi harus dibebankan pada periode ketika biaya tersebut terjadi atau jasa diterima kecuali untuk biaya menerbitkan efek baik berupa utang atau ekuitas yang perlakuannya mengikuti PSAK 55 (Revisi 2014) .
Sebagai contoh PT Nusantara mengakuisisi seluruh kepemilikan pada PT Andalas senilai Rp 1.500.000.000. Atas transaksi pengakuisisian tersebut, PT Nusantara mengeluarkan pula berbagai biaya dengan pencatatan sebagai berikut:
Investasi pada PT Andalas Rp 1.550.000.000
Beban Pengakuisisian Rp 150.000.000
Kas Rp 200.000.000
Modal Saham Rp 1.000.000.000
Premium Saham Rp 500.000.000
PT Nusantara akan mencatat nilai investasi sebesar Rp 1.550.000.000 yakni imbalan yang dikeluarkan ditambah dengan biaya penerbitan dan pencatatan emisi efek yang menurut PSAK 55 perlu dikapitalisasi. Sedangkan biaya-biaya lainnya langsung dibebankan pada tahun ini dan muncul pada laporan laba rugi komprehensif.
Post a Comment